Makalah Pendidikan Agama Islam
HAKIKAT MANUSIA
MENURUT ISLAM
Oleh Kelompok 2 :
Herman & Rysta Yuniarti
Kata Pengantar
Atas limpahan rahmat Tuhan yang maha esa, sehingga kiuta dapat menyelesaikam tugas pelajaran Pendidikan Agama Islam ini, dan penulis ucapkan terima kasih kepada dosen pembimbing mata kuliah Pendidikan Agama Islam.
Tanpa bantuan dan dorongannya tidaklah mungkin tugas ini dapat terselesaikan, oleh karena itu penulis berharap semoga dengan adanya tugas ini, dapat melatioh kita untuk lebih maju dalam menggunakan dalam kehidupan sehari-hari.
Jika ada kesalahan dalam tugas ini penulis mengucapkan mohon maaf, kepada Allah mohon ampun. Demikianlah tugas ini saya buat berdasarkan kewajiban penulis sebagai mahasiswa. Terimakasih.
Serang, Oktober 2011
Daftar Isi
KATA PENGANTAR……………………………………………………………………………….. 2
DAFTAR ISI…………………………………………………………………………………………… 3
BAB I PENDAHULUAN…………………………………………………………………………… 4
A. LATAR BELAKANG MASALAH……………………………………………………... 5
BAB II PEMBAHASAN…………………………………………………………………………….. 6
A. KONSEP MANUSIA………………………………………………………………………. 6
B. EKSISTENSI DAN MARTABAT MANUSIA……………………………………… 8
C. TANGGUNG JAWAB MANUSIA SEBAGAI HAMBA DAN KHALIFAH ALLAH SWT……………………………………………………………………………………………. 12
D. KEUNGGULAN DAN POTENSI MANUSIA………………………………………. 15
BAB III KESIMPULAN…………………………………………………………………………….. 18
BAB I
Pendahuluan
Dalam pandangan Islam, manusia didefinisikan sebagai makhluk, mukalaf,mukaram,mukhayar, dan mujizat.
Selain itu, manusia juga diciptakan untuk mengaplikasikan beban-beban ilahilah yang mengandung maslahat dalam kehidupannya. Ia membawa anamah ilahiah yang harus diimplementasikan dalam kehidupan nyata. Keberadaannya di alam maya pada memiliki arti yang hakiki, yaitu menegakkan khilafah. Keberadaannya tidaklah untuk hura-hura dan tanpa hadaf ‘tujuan’ yang berarti.
Manusia adalah makhluk pilihan dan makhluk yang dimuliakan oleh Swt dari makhluk-makhluk yang lainnya, yaitu dengan keistimewaan yang dimilikinya, seperti akal yang mampu menangkap sinyal-sinyal kebenaran, merenungkannay, dan kemudian memilihnya. Allah Swt telah menciptakan manusia dengan ahsanu taqwim, dan telah menundukan seluruh alam baginya agar mampu memelihara dan memakmurkan serta melestarikan kelangsungan hidup yang ada di alam ini. Dengan akal yang dimilikinya , manusia diharapkan mampu memilah dan memilih nilai-nilai kebenaran ,kebaikan, dan keindahan yang tertuang dalam isalah para rasul. Dengan hatinya, ia mampu memutuskan sesuatu yang sesuai dengan iradah robbnya dan dengan raganya, ia diharapkan pro-aktif untuk melahirkan karya-karya besar dan tindakan-tindakan yang benar, sehingga ia tetap mempertahankan gelar kemuliaan yang telah diberikan oleh Allah Swrt kepadanya seperti ahsanu taqwim,ulul albab,rabbaniun dan yang lainnya.
Latar Belakang Masalah
Hakikat Manusia Menurut Islam
a. Konsep manusia ?
b. Eksistensi dan Martabat Manusia ?
c. Tanggung jawab Manusia Sebagai Hamba dan Khalifah Allah Swt ?
BAB II
Pembahasan
Konsep Manusia
Manusia adalah mahluk paling sempurna yang pernah diciptakan oleh Allah SWT. Kesempurnaan yang dimiliki oleh manusia merupakan suatu konsekuensi fungsi dan tugas mereka sebagai khalifah dimuka bumi ini. Al-Quran menerangkan bahwa manusia berasal dari tanah dengan mempergunakan bermacam-macam istilah, seperti :
- Turab
- Thien
- Shal-shal
- Sualalah
Manusia diciptakan Allah Swt. Berasal dari saripati tanah, lalu menjadi nutfah, alaqah, dan mudgah sehingga akhirnya menjadi makhluk yang paling sempurna yang memiliki berbagai kemampuan. Oleh karena itu, manusia wajib bersyukur atas karunia yang telah diberikan Allah Swt.
Hal ini dapat diartikan bahwa jasad manusia diciptakan Allah dari bermacam-macam unsur kimiawi yang terdapat dari tanah. Adapun tahapan-tahapan dalam proses selanjutnya, Al-Quran tidak menjelaskan secara rinci.
Walaupun manusia berasal dari materi alam dan dari kehidupan yang terdapat di dalamnya, tetapi manusia berbeda dengan makhluk lainnya dengan perbedaan yang sangat besar karena adanya karunia Allah yang diberikan kepadanya yaitu akal dan pemahaman. Itulah sebab dari adanya penundukkan semua yang ada di alam ini untuk manusia, sebagai rahmat dan karunia dari Allah SWT.
- {“Allah telah menundukkan bagi kalian apa-apa yang ada di langit dan di bumi semuanya.”}(Q. S. Al-Jatsiyah: 13).
- {“Allah telah menundukkan bagi kalian matahari dan bulan yang terus menerus beredar. Dia juga telah menundukkan bagi kalian malam dan siang.”}(Q. S. Ibrahim: 33).
- {“Allah telah menundukkan bahtera bagi kalian agar dapat berlayar di lautan atas kehendak-Nya.”}(Q. S. Ibrahim: 32),
dan ayat lainnya yang menjelaskan apa yang telah Allah karuniakan kepada manusia berupa nikmat akal dan pemahaman serta derivat (turunan) dari apa-apa yang telah Allah tundukkan bagi manusia itu sehingga mereka dapat memanfaatkannya sesuai dengan keinginan mereka, dengan berbagai cara yang mampu mereka lakukan. Kedudukan akal dalam Islam adalah merupakan suatu kelebihan yang diberikan Allah kepada manusia dibanding dengan makhluk-makhluk-Nya yang lain. Dengannya, manusia dapat membuat hal-hal yang dapat mempermudah urusan mereka di dunia. Namun, segala yang dimiliki manusia tentu ada keterbatasan-keterbatasan sehingga ada pagar-pagar yang tidak boleh dilewati.
Dalam penciptaannya manusia dibekali dengan beberapa unsur sebagai kelengkapan dalam menunjang tugasnya. Unsur-unsur tersebut ialah :
- jasad ( al-Anbiya’ : 8, Shad : 34 )
- Ruh (al-Hijr 29, As-Sajadah 9, Al-anbiya’ :91 dan lain-lain)
- Nafsu (al-Baqarah 48, Ali Imran 185 dan lain-lain )
- Aqal ( al-Baqarah 76, al-Anfal 22, al-Mulk 10 dan lain-lain)
- Qolb ( Ali Imran 159, Al-Ara’f 179, Shaffat 84 dan lain-lain ).
Di samping itu manusia juga disertai dengan sifat-sifat yang negatif seperti :
- lemah ( an-Nisa 28 ),
- suka berkeluh kesah ( al-Ma’arif 19 ),
- suka bernuat zalim dan ingkar ( ibrahim 34),
- suka membantah ( al-kahfi 54 ),
- suka melampaui batas ( al-‘Alaq 6 )
- suka terburu nafsu ( al-Isra 11 ) dan lain sebagainya.
Hal itu semua merupakan produk dari nafsu , sedang yang dapat mengendalikan kecenderungan negatif adalah aqal dan qolb. Tetapi jika hanya dengan aqal dan qolb, kecenderungan tersebut belum sepenuhnya dapat terkendali, karena subyektif. Yang dapat mengendalikan adalah wahyu, yaitu ilmu yang obyektif dari Allah. Kemampuan seseorang untuk dapat menetralisasi kecenderungan negatif tersebut ( karena tidak mungkin dihilangkan sama sekali ) ditentukan oleh kemauan dan kemampuan dalam menyerap dan membudayakan wahyu.
Eksistensi dan Martabat Manusia
Eksistensi manusia di dunia adalah sebagai tanda kekuasaan Allah Swt terhadap hamba-hamba-Nya, bahwa dialah yang mencipytakan, menghidupkan dan menjaga kehidupan manusia. Dengan demikian, tujuan diciptakan manusia dalam konteks hubungan manusia dengan Allah Swt adalah dengan mengimami Allah Swt dan memikirkan ciptaan-Nya untuk menambah keimanan dan ketakwaan kepada Allah Swt. Sedangkan dalam konteks hubungan manusia dengan manusia, serta manusia dengan alam adalah untuk berbuat amal, yaitu perbuatan baik dan tidak melakukan kejahatan terhadap sesama manusia, serta tidak merusak alam. Terkait dengan tujuan hidup manusia dengan manusia lain dapat dijelaskan sebagai berikut :
1. Tujuan Umum Adanya Manusia di Dunia
Dalam al-qur’an Q.S. Al-Anbiya ayat 107 yang artinya :
“Dan tiadalah kami mengutus kamu, melainkan untuk Rahmat bagi semesta alam”
Ayat ini menerangkan tujuan manusia diciptakan oleh Allah SWT dan berada didunia ini adalah untuk menjadi rahmat bagi alam semesta. Arti kata rahmat adalah karunia, kasih sayang dan belas kasih. Jadi manusia sebagai rahmah adalah manusia diciptakan oleh Allah SWT untuk menebar dan memberikan kasih saying kepada alam semesta.
2. Tujuan Khusus Adanya Manusia di Dunia
Tujuan khusus adanya manusia di dunia adalah sukses di dunia dan di akhirat dengan cara melaksanakan amal shaleh yang merupakan investasi pribadi manusia sebagai individu. Allah berfirman dalam Q.S. An-Nahl ayat 97 yang artinya : “Barang siapa mengerjakan amal shaleh baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan beriman, maka sesungguhnya Allah SWT akan memberikan kepadanya kehidupan yang baik dan akan diberi balasan kepada mereka dengan pahala yang lebih baik dengan apa yang telah mereka kerjakan”.
3. Tujuan Individu Dalam Keluarga
Manusia di dunia tidak hidup sendirian. Manusia merupakan makhluk sosial yang mempunyai ifat hidup berkelompok dan saling membutuhkan satu sama lain.. Hampir semua manusia, pada awalnya merupkan bgian dari anggota kelompok sosial yang dinamakan keluarga. dalam Ilmu komunukasi dan sosiologi kelurga merupakan bagian dari klasifikasi kelompak sosial dan termasuk dalam small group atau kelompok terkecil di karnakan paling sedikit anggotanya terdiri dari dua orang. Nanun keberadaan keluraga penting karena merupakan bentuk khusus dalm kerangka sistem sosial secara keseluruhan. Small group seolah-olah merupakan miniatur masyarakat yang juga memiliki pembagian kerja, kodo etik pemerintahan, prestige, ideologi dan sebagainya. Dalam kaitannya dengan tujuan individu daln keluarga adalah agar individu tersebut menemukan ketentraman, kebahagian dan membentuk keluarga sakinah, mawaddah dan rahmah. Manusia diciptakan berpasang-pasangan. Oleh sebab utu, sudah wajar manusia baik laki-laki dan perempuan membentuk keluarga. Tujuan manusia berkelurga menurut Q.S. Al-Ruum ayat 21 yang artinya:
"Dan diantara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untukmu istri-istri dari jenismu sendiri, supaya kamu merasa tentram, dan dijadikan-Nya diantara kamu rasa kasih sayang . Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaaum yang mau berfikir."
Tujuan hidup berkeluarga dari setiap manusia adalh supaya tentram. Untuk menjadi keluarga yang tentram, Allah SWT memberikan rasa kasih sayang. Oleh sebab itu, dalam kelurga harus dibangun rasa kasih sayang satu sama lain.
4. Tujuan Individu Dalam Masyarakat
Setelah hidup berkeluarga, maka manusia mempunyai kebutuhan untuk bermasyarakat. Tujuan hidup bermasyarakat adalah keberkahan dalam hidup yang melimpah. Kecukupan kebutuhan hidup ini menyangkut kebutuhan fisik seperti perumahan, makan, pakaian, kebutuhan sosial (bertetangga), kebutuhan rasa aman, dan kebutuhan aktualisasi diri. Kebutuhan-kebutuhan tersebut dapat mudah diperoleh apabila masyarakat beriman dan bertakwa. Apabila masyarakat tidak beriman dan bertakwa, maka Allah akan memberikan siksa dan jauh dari keberkahan. Oleh sebab itu, apabila dalam suatu masyarakat ingin hidup damai dan serba kecukupan, maka kita harus mengajak setiap anggota masyarakat untuk memelihara iman dan takwa. Allah berfirman :
“Jikalau sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertakwa, pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi mereka mendustakan itu, maka Kami siksa mereka disebabkan perbuatannya” (QS Al-Araaf : 96)
Pada dasarnya manusia memiliki dua hasrat atau keinginan pokok, yaitu:
a. Keinginan untuk menjadi satu dengan manusia lain di sekelilingnya yaitu masyarakat
b. Keinginan untuk menjadi satu dengan suasan alam di sekelilingnya
Istilah masyarakat dalam Ilmu sosiologi adalah kumpulan individu yang bertempat tinggal di suatu wilayah dengan batas-batastertntu, dimana factor utama yang menjadi dasarnya adalh interaksi yang lebih besar diantara anggot-anggotanya.
5. Tujuan Individu Dalam Bernegara
Sebagai makhluk hidup yang selalu ingin berkembang menemukan jati diri sebagai pribadi yang utuh, maka manusia harus hidup bermasyarakat/bersentuhan dengan dunia sosial. Lebih dari itu manusia sebagai individu dari masyarakat memiliki jangkauan yang lebih luas lagi yakni dalam kehidupan bernegara. Maka, tujuan individu dalam bernegara adalah menjadi warganegara yang baik di dalam lingkungan negara yang baik yaitu negara yang aman, nyaman serta makmur.
6. Tujuan Individu Dalam Pergaulan Internasional
Setelah kehidupan bernegara, tidak dapat terlepas dari kehidupan internasional / dunia luar. Dengan era globalisasi kita sebagai makhluk hidup yang ingin tetap eksis, maka kita harus bersaing dengan ketat untuk menemukan jati diri serta pengembangan kepribadian. Jadi tujuan individu dalam pergaulan internasional adalah menjadi individu yang saling membantu dalam kebaikan dan individu yang dapat membedakan mana yang baik dan buruk dalam dunia globalisasi agar tidak kalah dan tersesat dalam percaturan dunia.
Tanggung Jawab Manusia Sebagai Hamba dan Khalifah Allah Swt.
Didalam Al-Qur`an proses penciptaan manusia memang tidak dijelaskan secara rinci, akan tetapi hakikat diciptakannya manusia menurut islam yakni sebagai mahluk yang diperintahkan untuk menjaga dan mengelola bumi. Antara anugerah utama Allah kepada manusia ialah pemilihan manusia untuk menjadi khalifah atau wakil-Nya di bumi. Dengan demikian manusia berkewajiban menegakkan kebenaran, kebaikan, mewujudkan kedamaian, menghapuskan kemungkaran serta penyelewengan dan penyimpangan dari jalan Allah. Dikalangan makhluk ciptaan Allah, manusia telah dipilih oleh Allah melaksanakan tanggung jawab tersebut. Ini sudah tentu karena manusia merupakan makhluk yang paling istimewa. Hal ini tentu harus kita kaitkan dengan konsekuensi terhadap manusia yang diberikan suatu kesempurnaan berupa akal dan pikiran yang tidak pernah di miliki oleh mahluk-mahluk hidup yang lainnya sehingga dapat memahami ilmu yang diturunkan Allah, berupa al-Quran menurut sunah rasul. Dengan ilmu manusia mampu berbudaya. Manusia sebagai mahluk yang telah diberikan kesempurnaan haruslah mampu menempatkan dirinya sesuai dengan hakikat diciptakannya yakni sebagai penjaga atau pengelola bumi yang dalam hal ini disebut dengan khalifah. Allah SWT berfirman bahwa fungsi dan peran manusia adalah sebagai khalifah atau pemimpin di muka bumi. Allah berfirman :
(Q.S. Al-Baqarah : 30)
وَإِذْ قَالَ رَبُّكَ لِلْمَلائِكَةِ إِنِّي جَاعِلٌ فِي الأرْضِ خَلِيفَةً قَالُوا أَتَجْعَلُ فِيهَا مَنْ يُفْسِدُ فِيهَا وَيَسْفِكُ الدِّمَاءَ وَنَحْنُ نُسَبِّحُ بِحَمْدِكَ وَنُقَدِّسُ لَكَ قَالَ إِنِّي أَعْلَمُ مَا لا تَعْلَمُونَ (٣٠)
30. ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada Para Malaikat: “Sesungguhnya aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi.” mereka berkata: “Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, Padahal Kami Senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau?” Tuhan berfirman: “Sesungguhnya aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui.”
Dalam kamus Bahasa Indonesia, khalifah berarti pimpinan umat. Menjadi pemimpin adalah fitrah setiap manusia. Namun karena satu dan lain hal, fitrah ini tersembunyi, tercemar bahkan mungkin telah lama hilang. Akibatnya, banyak orang yang merasa dirinya bukan pemimpin. Mereka telah lama menyerahkan kendali hidupnya pada orang lain dan lingkungan sekitarnya. Mereka perlu “dibangunkan” dan disadarkan akan besarnya potensi yang mereka miliki.
Kepemimpinan adalah suatu amanah yang diberikan Allah yang suatu ketika nanti harus kita pertanggungjawabkan. Karena itu siapa pun anda, di mana pun anda berada, anda adalah seorang pemimpin, minimal memimpin diri sendiri. Kepemimpinan adalah mengenai diri sendiri. Kepemimpinan adalah perilaku kita sehari-hari. Kepemimpinan berkaitan dengan hal-hal sederhana seperti berbakti kepada orang tua, tidak berbohong, mengunjungi kawan yang sakit, bersilahturahmi dengan tetangga, mendengar keluh kesah sahabat, dan sebagainya.
Kata khalifah berasal dari kata khalafa yakhlifu khilafatan atau khalifatan yang berarti meneruskan, sehingga kata khalifah dapat diartikan sebagai pemilih atau penerus ajaran Allah.
Menurut Al-Qur’an Tuhan berfirman :
Adz-Dzaariyaat (51 ayat 56) :
“dan tidak aku jadikan jin dan manusia kecuali hanya untuk beribadah
kepada-Ku.”
Di dalam Surat An-Nisa ayat 58-59 tersebut dijelaskan kriteria pemerintahan (kepemimpinan) yang baik, yaitu :
a. Pemerintah yang pemimpinnya menyampaikan amanat kepada yang berhak dan berlaku adil.
b. Musyawarah pada setiap persoalan dan apabila terjadi perselisihan maka hendaklah kembali kepada sumber hukum Islam.
c. Pemerintahan yang memiliki sifat kooperatif antara rakyat dan pemerintah, rakyat harus patuh dan taat pada peraturan yang dibuat oleh pemerintah dalam hal ini baik dan benar dan pemerintah harus benar-benar menjalankan pemerintahan untuk kepentingan rakyat.
Setiap orang sebenarnya pemimpin. Setiap orang dapt mengatur dirinya sendiri. Sayangnya, banyak yang tidak sadar akan kemampuannya tersebut. Maka untuk menjadi sadar ada tiga hal yang perlu dilakukan agar kita semua sadar akan kemampuan kita sebagai pemimpin, yaitu :
a. Memahami diri sendiri (Self Understanding)
Proses ini kita harus memahami dan mengenal diri kita. Untuk menjadi pemimpin kita harus sadar siapakah kita sebenarnya. Nabi Muhammad SAW bersabda :
"Siapa yang mengenal dirinya maka akan mengenal Tuhannya"
Tanpa mengenali diri kita dengan benar ,maka sulit untuk menemukan makna kehidupan hidup adalah sebuah perjalanan melingkar, kita harus tahu siapa kita dan bagaimana kita seharusnya?
b. Kesadaran diri (Self Awareness)
Kesadran diri berarti sadar akan perasaan kita . Untuk menjadi pemompim kita harus melek emosi dan kita harus mampu mengenali dan mengindentifikasi-kan perasaan apapun yang sedang kita rasakan.
c. Pengendaalian diri (self Control)
Pengendalian diri berarti sadar sepenuhnya akan apa yang akak kita lakukan Ini adalh hasil dari kecerdasan emosi yang tinggi. Pengendalian diri baru dapat terlihat ketika situsi yang sulit dan melibatkan emosi, sebagai pemimpin kita harus bisa mengendalikannya. Pemimpin yang mampu mengendalikan diri tidak akan tergoda untuk melakukan dan memgambil sesuatu yang bukan haknya. Pengendalian duru juga ditunjukkan oleh keberanian seseorang untuk membuat komotmen dan melaksanakan komitmen tersebut.
Allah Swt dengan kehendak dan kebijaksanaan-Nya telah menciptakan makhluk-mkhluk yang di tempatkan di alam pencipta-Nya. Manusia di antara makhluk Allah Swt dan menjadi hamba Allah Swt. Sebagai hamba Allah yang tanggung jawab adalah amat luas di dalam kehidupannya, meliputi semua keadaan dan tugas yang di tentukan kepada-Nya.
Tanggung jawab manusia secara umum digambarkan oleh Rasulullah Saw di dalam hadis berikut :
Dari Ibnu Umar RA : “Saya Mendengar Rasulullah Saw bersabda yang bermaksud: “Semua orang dari engkau sekalian adalah pengembala dan dipertanggung jawabkan terhadap apa yang di gembalanya. Seorang lelaki adalah pengembala dalam keluarganya dan akan di Tanya tentang pengembalanya. Seorang isteri adalah pengembala di rumah suamina dan akan ditanya tentang pengembalanya. Seorang khadam juga pengembalanya dalam harta tuannya dan akan di Tanya tentang pengembalanya. Maka semua dari kamu sekalian adalah pengembala dan akan di Tanya tentang pengembalanya.”
Allah menciptakan manusia ada tujuan-tujuannya yang tertentu. Manusia di ciptakan untuk di kembalikan semula kepada Allah dan setiap manusia akan di Tanya atas setiap usaha dan amal yang di lakukan selama hidup di dunia. Apabila pengakuan terhadap kenyataan dan hakikat wujudnya hari pembalasan telah di buat maka tugas yan diwajibkan ke atas dirinya perlu dilaksanakan.
Keunggulan dan potensi manusia
Potensi diri adalah kekuatan dari individu yang masih terpendam di dalam, yang dapat di wujudkan menjadi suatu kekuatan nyata dalam kehidupan manusia. Apabila pengrtian potensi diri dikaitkan dengan penciptaan manusias oleh Allah SWT, maka potensi diri manusia adalah: kekutan manusia yang di berikan oleh Alah SWT sejak dalm kandungan ibunya sampai akhir hayatnya yang masih terpendam dalam dirinya , menunggu untuk diwujudkan menjadi sesuatu yang bermanfaat dalam kehidupan diri manusia di dunia dan di akhirat sesuai dengan tujuan diciptakannya manusia oleh Allah SWT untuk mengabdi kepadanya.
Potensi diri manusia terdiri dari potensi fisik yaitu tubuh manusia sebagai sebuah sistem yang paling sempurna bila dibandingkan dengan makhlik Allah lainnya seperti: binatang, jin, malaikat. Sedangkan potensi non fisik adalah hati, ruh, indera dan akal pikiran. Potensi apapun yang dimiliki manusia masing-masing memiliki fungsi dan perannya, oleh karenanya harus dimanfaatkan dngan sebaik-baiknya agar dapat berguna bagi diri dan lingkungannya.
Secara umum manisia yang dilahirkan normal kedunia ini telah dilengkapi dengan otak. Para ahli Psikologi sepakat bahwa otak manusia adalah sumber kekuatan yang luar biasa. Tugas otak selain mengendalikan aktifitas fisik bagian bagian didalam tubuh seperti ; paru-paru , jantung dan sebagainya. Juga berfungsi sebagai untuk menghafal. Kegiatan-kegiatan yang memerlukan logika seperti : berhitung, menganalisa, bahasa. Aktivitas imajinasi, intuisi kreativitas, inovasi dan sebagainya. Tugas otak melahirkan kegiatan berfikir yang pada gilirannya dapat menghasilkan karya nyata. Jadi otak adalah sumber kekuatan manusia untuk menghasilkan karya melalui proses berfikir.
Bagaimana merealisasikan harapan-harapan agar menjadi kenyataan. Ada beberapa proses sebagai berikut:
a. Gunakan potensi yang kita miliki, yaitu kita mengerahkan kemampuan-kemampuan yang bisa diandalkan dan memang kita memilikinya dan menguasainya.
b. Persaan takut gagal. Perasaan itu pasti ada, namun kita harus yakin pada diri kita sendiri bahwa kita mampu untuk melakukannya, perasaan tersebut harus kita buang jauh-jauh dan kita yakin prosentase keberhasilan kita adalah 50:50. walaupun gagal . tetapi pada dasarnya kita tidak rugi karena kita telah melakukan dan mencoba yang terbaik daripada todak sama sekali.
c. Melawan kemungkinan-kemungkinan. Hindri diri kita dari fikiran-fikiran negative dan cobalah selalu positif thinking dalam menghadapi Sesutu karena itu adalah salah satu motivasi buat kita sendiri.
d. Sikap hidup biasa-biasa saja. Sikap ini bukianlh sikap yang baik, kalu kita hanya mengandalkan dan pasrah dengan kehidupan apa adanya, kita harus bersaing dan menjadi yang lebuh baik dari yang terbaik.
e. Kurang antusias. Kalau kita tidak memiliki antusias dan obsesi dalam hidup bagaimana kita kita bisa maju dan berkembang mebgembangkan sayap kehidupan dan merealisasikan keinginan-keinginan.
f. Menolak perubahan.Perubahan harus selallu dillakukan kalau kita ingin menjadi yang lebih baik.. Karena Allah SWT berfirman : “Sesungguhnya aku tidak akan merubah suaru kaum sebelum mereka merubah keadaan mereka sendiri .”
BAB III
Kesimpulan
Manusia diciptakan Allah Swt. Berasal dari saripati tanah, lalu menjadi nutfah, alaqah, dan mudgah sehingga akhirnya menjadi makhluk yang paling sempurna yang memiliki berbagai kemampuan. Oleh karena itu, manusia wajib bersyukur atas karunia yang telah diberikan Allah Swt.
Eksistensi manusia di dunia adalah sebagai tanda kekuasaan Allah Swt terhadap hamba-hamba-Nya, bahwa dialah yang mencipytakan, menghidupkan dan menjaga kehidupan manusia. Dengan demikian, tujuan diciptakan manusia dalam konteks hubungan manusia dengan Allah Swt adalah dengan mengimami Allah Swt dan memikirkan ciptaan-Nya untuk menambah keimanan dan ketakwaan kepada Allah Swt. Sedangkan dalam konteks hubungan manusia dengan manusia, serta manusia dengan alam adalah untuk berbuat amal, yaitu perbuatan baik dan tidak melakukan kejahatan terhadap sesama manusia, serta tidak merusak alam.
Manusia dipercaya Allah untuk menjadi khalifah dimuka bumi ini.Allah.Dia pernah memberi amanat kepada bumi tapi bumi tak sanggup untuk memikulnya,begitu juga dengan gunung.Dan akhirnya manusialah yang dipercaya unutuk mengemban amanat itu.
Sebagai wakil Allah di bumi ini,manusia salah satu tugas manusia adalah untuk mennjaga keseimbangan kehidupan di bumi ini.Serta menjalin hubungan dengan Allah,dengan sesama manusia,dan dengan lingkungan kehidupannya.
Kepemimpinan adalah suatu amanah yang diberikan Allah yang suatu ketika nanti harus kita pertanggungjawabkan.